Saturday, August 15, 2015

Solo trip ke Jepang? Siapa takut !!

Himeji Castle and Himeji city view

 

Sebuah kutipan dari drama 'The Producer' :

“seorang writer punya waktu ketika programnya dicancel penayangannya, ini waktu yang tepat untuk jalan-jalan. Tapi disatu sisi, ketika tidak ada program, gaji kami juga tidak dibayarkan. Jadi, ketika waktu ada, duit tidak ada; ketika duit ada, waktu yang tidak ada. “




Terinspirasi dari kalimat tersebut, saya yang saat ini punya waktu dan kebetulan lagi ada rejeki, seharusnya memanfaatkan waktu yang ada dengan baik untuk jalan-jalan. Nah, pertanyaan berikutnya, kemana ?

Awalnya, tentu saja yang terlintas di pikiran saya adalah ke Korea, mengambil Korean Language 3-weeks program di Kyunghee atau Yonsei university. Tapi di sisi lain, ada kondisi lain yang menyebabkan saya agak susah memperoleh visa dan ditambah lagi dengan MERS outbreak di Korea mulai Mei 2015 yang hingga akhir Juni belum juga mereda.



Keputusan akhirnya jatuh ke Jepang dengan tidak terduga dan terencana, setelah saya iseng mencoba query tiket GA SUB-CGK-HND-KIX-DPS-SUB yang ternyata harganya sangat menarik hati. Saat itu untuk total keseluruhan rute tersebut adalah 8 juta, cukup menggoda bukan ? Harga segitu untuk full board airlines, penerbangan non-stop dan bagasi 46 kg. Jadilah diawal Juli 2015 saya memutuskan untuk beli tiket itu untuk penerbangan tanggal 25 Juli 2015, dan kembali tanggal 5 Agustus 2015. Bagaimana dengan visa? Saya adalah pemegang e-passport jadi saya hanya perlu mendaftarkan paspor saya untuk visa waiver ke Konsulat Jepang. Kebetulan Kalimantan Timur berada di wilayah yuridiksi Konsulat Jepang di Surabaya, jadi tidak sulit bagi saya untuk apply visa waiver. Aplikasi visa waiver sangat mudah, 1-2 hari kerja sudah jadi dan gratis. Cukup isi formulir simple, submit ke konsulat dan 1 atau 2 hari kerja kemudian sudah dapat diambil. Konsulat akan menempel stiker visa waiver untuk kunjungan ke Jepang maksimal 14 hari yang berlaku sampai 3 tahun. Untuk lebih lengkapnya mengenai prosedur visa waiver (khusus bagi pemegang e-passport – pemegang paspor RI biasa harus apply visa manual) dapat dilihat di : http://www.surabaya.id.emb-japan.go.jp/informasi/visa_waiver.html




Setelah tiket di tangan, saya baru sadar kalau waktu untuk mempersiapkan perjalanan cukup mepet dan saya tidak punya pengetahuan apapun tentang Jepang selain kalau ke Tokyo lebih baik mendarat di Haneda ketimbang Narita karena Haneda lebih dekat dengan pusat kota. Karena waktu yang cukup mepet, dan saya juga masih ada short trip bersama mama saya dalam waktu dekat, jadi mau tidak mau saya harus bergerak cepat untuk melakukan survey soal Jepang.



Dua hari penuh saya habiskan untuk melakukan survey dan menyusun itinerary, yang hasilnya sampai h-3 saya berangkat itinerary detail belum fix, hehehe.. Saya akan membahas bagaimana saya menyiapkan trip ini dalam waktu singkat, dan dengan biaya serendah mungkin di postingan lainnya.

Singkatnya, akhirnya saya berhasil melakukan pemesanan hostel di 3 kota dan menyusun itinerary sebelum keberangkatan, walau dengan pengorbanan tidak tidur 2 malam hehehe... Sebagai catatan tanggal keberangkatan saya adalah peak season di Jepang karena masih suasana liburan musim panas dan bertepatan dengan berbagai festival di Jepang. 
 

Wah semuanya serba mepet, berarti mahal dong biaya ke Jepangnya ? Jawabannya TIDAK. Untuk tiket pesawat sudah pasti bukan harga yang mahal karena 8 juta untuk Garuda Indonesia rute SUB-CGK-HND-KIX-DPS-SUB adalah harga yang sangat murah, mengingat periode pembelian yang dekat dengan penerbangan, maskapai full board, dan masih musim arus balik lebaran. 
 

Untuk akomodasi, jujur memang agak tidak bisa berhemat di sini dan sangat sulit mencari hostel dengan harga murah, mengingat banyak yang sudah full booked, tapi akhirnya saya masih berhasil mendapatkan dengan harga rata-rata JPY 2500 (sekitar IDR 272.500) untuk minimal 6-8 bed female dorm room, dan bahkan ada yang private room. 
 

Yang paling banyak saya hemat pada perjalanan saya ke Jepang adalah biaya transportasi dan biaya makan. Biaya transportasi antar kota saya hemat dengan memaksimalkan JR Pass 7 hari saya dan sering membeli tiket daily / triple days pass untuk transportasi umum. Saya tau banyak orang di luar sana yang menganggap JR Pass itu sangat mahal, tapi percaya deh, dengan penyusunan itinerary yang baik, JR pass itu akan jadi tidak mahal,bahkan menguntungkan baik dari segi biaya maupun waktu.



Berikut itinerary saya di Jepang selama 11 hari secara garis besar :



25 Juli- Day 1: 
SUB-CGK-HND + 1 hari (penerbangan tengah malam ke HND)


26 Juli- Day 2: 
Tokyo (Imperial Palace East Garden - TMG Building & Tourist Information center - Takeshita Dori street (Harajuku) - Omotesando ).


27 Juli- Day 3: 
Tokyo (Kaminarimon gate - Nakamise-dori arcade - Sensoji Temple / Asakusa Kannon Temple - Meiji Jingu - Snoopy Town & Harajuku (Shopping) - Shibuya & Hachiko statue - Nijubashi bridge - Tokyo Tower (hanya foto diluar saja ^^ tidak naik ke observatori). 
 

28 Juli- Day 4: 
Tokyo (Ueno Park - Honda Welcome Plaza - Sony Building di Ginza - Asakusa Tourist Information Centre -Konica Minolta Planetarium 'Tenku' di Tokyo Sky Tree - Akihabara).
 

29 Juli- Day 5: 
Kyoto (Kinkakuji Temple - Kiyomizudera temple - Higashiyama district - Sanennzaka - Yasaka Shrine - Gion). 


30 Juli- Day 6: 
Himeji – day trip (Himeji Castle - Kokoen Garden - Himeji station).
Kembali ke Kyoto (Shiro Kawaramachi - shopping).


31 Juli- Day 7: 
Kyoto (Kyoto Imperial Palace tour - Sento Imperial Palace tour - Nijo Castle - Fushimi Inari). 
 

1 Agustus- Day 8 :  
Hiroshima & Miyajima – day trip (Itakushima Shrine di Miyajima - Hiroshima: Hiroshima castle - Atomic Bomb Dome - Peace Memorial Park).


2 Agustus- Day 9 : 
Osaka – day trip (Shitennoji temple - Osaka Museum of Housing and Living - Osaka Castle & garden - Osaka Museum of History - Santa Maria Cruise).


3 Agustus- Day 10: 
Osaka (shopping day - Rinku town - Namba).
 

4 Agustus- Day 11 : 
Universal Studio Japan di Osaka.
 

5 Agustus- Day 12 : KIX-DPS (penerbangan pagi).



Kembali ke judul dari postingan ini, solo trip, ya solo trip, anda tidak salah membaca, saya memang perginya sendirian. Gak takut sendirian? Gaklah kalau perginya ke negara seperti Jepang. Sebelas hari disana, bisa dikatakan Jepang adalah salah satu negara teraman yang pernah saya kunjungi, bahkan ketika saya berjalan sendirian di jalan yang sepi jam 10 malam pun, kondisi tetap aman terkendali, sama sekali tidak muncul rasa khawatir dalam diri saya.



Jadi, bagaimana pengalaman saya berjalan-jalan sendiri keliling Jepang untuk pertama kalinya selama 11 hari? Saya akan membahasnya di postingan berbeda menjadi beberapa postingan:

  • 11 days Japan 'Hot summer' trip: Himeji, Hiroshima & Miyajima, Osaka, Tokyo, Kyoto
  • Love and hate, Japan
  • *mohon maaf sebelumnya, untuk postingan di atas seluruhnya masih dalam proses, dikarenakan waktu perjalanan yang cukup panjang dan banyaknya 'pe-er' tulisan yang harus saya kerjakan, jadi perlu waktu extra untuk menyelesaikannya. Yang sudah di published adalah yang sudah ada linknya.
Sedikit bocoran, selama 11 hari saya berjalan-jalan di Jepang, ada 3 hal yang saya sukai dari Jepang: Shinkansen, toilet ^^ dan museum. Kesan yang saya peroleh selama perjalanan: Jepang adalah negara dengan tingkat keamanan yang cukup tinggi, cukup tourist friendly, tidak semahal seperti rumor yang beredar apabila anda merencanakan perjalanan dengan baik, kendala bahasa tidak jadi masalah disana karena warganya akan berusaha membantu anda walau harus menggunakan body language sekalipun, dan punya sarana transportasi yang sangat bagus. So, jangan takut untuk ke Jepang walau harus pergi sendiri. 
 

Foto-foto saya selama Solo trip ke Jepang dapat dilihat di album facebook saya ini.

1 comment:

  1. Hello tere! Your vacation while in Japan is very memorable and very inspiring, happy to be able to read your vacation experience. Thank you for sharing your experiences and knowledge about holidays. theapartmentsumalas.com

    ReplyDelete